Translate

Minggu, 07 April 2013

Wahai Muslimah, Dekaplah Suamimu!

Oleh: Abu Hudzaifah, Lc.

“Lepaskan kepergian suamimu dengan doa dan sambutlah kedatangannya dengan senyuman. Anak-anak kita mengajarkan kepada orangtua bagaimana sepatutnya menyambut kedatangan mereka. Ya, mereka akan berlari penuh gembira sambil berucap, “Ayah datang… Ayah datang…” Sambutan yang baik kepada suami ketika pulang ke rumah, berarti mengusir segala keletihan, meringankan beban hidup, dan pekerjaan dengan segala probelatika yang dihadapinya. ‘Ritual’ semacam ini bagi seorang istri yang cerdik merupakan sebuah latihan rohani dan jasmani.” (Daqqatul Qulub, Dr. Muhammad Nabil Kazim).

ADA sebuah kisah yang cukup menarik untuk disimak yang menggambarkan betapa seorang suami sangat butuh respon positif dari istrinya manakala sang suami tengah menghadapi masa-masa yang sulit dan mengelisahkan. Kisah tersebut dialami oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi Wassalam  bersama istri beliau, Khadijah.

Aisyah bertutur, “Awal permulaan wahyu kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi Wassalam  adalah mimpi yang benar. Beliau tidak melihat sesuatu mimpi, kecuali mimpi tersebut datang seperti cahaya subuh. Kemudian beliau menyendiri di Gua Hira untuk beribadah beberapa malam sebelum kembali ke keluarganya dan mengambil bekal untuk kegiatannya itu sampai beliau dikejutkan oleh kedatangan Malaikat Jibril pada saat berada di Gua Hira.

Malaikat Jibril mendatangi beliau dan berkata, “Bacalah!”

Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi Wassalam n menjawab, “Saya tidak dapat membaca.”
Beliau menuturkan, “Lalu malaikat itu memegang dan mendekapku sampai aku merasa lelah. Kemudian ia melepaskanku dan megnatakan, “Bacalah!” Aku menjawab, “Aku tidak dapat membaca!’

Malaikat itu mengulanginya untuk yang ketiga sambil mengatakan, “Iqra’ bismi rabbikal ladzii khalaq; bacalah, dengan  menyebut nama Rabbmu yang menciptakan.” (Al-’Alaq [96] : 1).

Kemudian Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi Wassalam  pulang. Kepada istrinya, Khadijah, beliau berkata, “Selimuti aku, selimuti aku.” Lalu beliau diselimuti sampai rasa keterkejutannya hilang. Kemudian beliau menceritakan apa yang terjadi kepada Khadijah. “Aku Khawatir terhadap diriku.”

Khadijah menjawab, “Tidak. Demi Allah, sama sekali Dia tidak akan menghinakanmu selamanya. Sebab, engkau orang yang mempererat tali persaudaraan dan memikul beban orang lain. Engkau orang yang menghormati tamu, membantu orang yang susah, dan membela orang-orang yang berdiri di atas kebenaran.” (HR. Bukhari).

Dekaplah suamimu. Sebagain orang memandang itu hanya layak dilakukan di saat-saat bulan madu. Seakan-akan masa-masa romantis itu hanya ada di awal-awal pernikahan. Seolah-olah perhatian kepada pasangan terlihat dan terwujud permulaan membanggun rumah tangga.

Bukan seperti itu. Kedekatan antara suami istri tetap diperlukan, seberapaun usia pernikahan Anda. Suami Anda butuh dampingan dari istri, guna memberikan secercah harapan dalam mengerakkan bahtera rumah tangga. Saat suami gelisah, khawatir, dan cemas, yang diperlukan adalah ketenangan. Bila mengetahui kondisi demikian, maka seyogyanya seorang istri sigap dan segera memberikan ketenangan bagi sang suami. Tak jarang kita temui para istri yang acuh tak acuh menyaksikan kondisi suaminya yang tengah dilanda kecemasan. Sehingga, sang suami merasa seolah-olah hanya dia yang menanggung beban tersebut.

Segeralah beri kesejukan pada suamimu. Segeralah beri ketenangan padanya. Segeralah bersikap seolah-olah engkau ikut serta dalam masalah yang tengah dihadapinya. Niscaya itu merupakan resep mujarab yang dapat mendatangan ketenangan baginya.

Sekali lagi, berilah ketenangan pada suami. Jangan sampai suamimu merasakan bahwa ia hidup sendiri. Tunjukkan empatimu padanya. Berikan solusi terbaik padanya. Berikan motivasi padanya. Pompa semangatnya. Munculkan harapan baginya. Semoga, keharmonisan tetap menyapa.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar