Translate

Senin, 08 April 2013

Ketika Tulang Rusuk Menjadi Tulang Punggung

Oleh : Tulus Kurniawati*
Perjalanan hidup manusia tidak ada yang dapat menduga sebelumnya. Semua menjadi rahasia Allah. Yang bisa kita lakukan adalah terus berusaha. Baik atau buruk, jika semua itu membawa kita semakin dekat kepada Allah, menambah keimanan kita kepada Allah, semuanya patut disyukuri dan dihadapi. Begitupun dengan perjalanan kehidupan berumah tangga.

Allah memang telah memberikan porsi tersendiri berkaitan dengan hak dan kewajiban suami istri. Suami adalah pelindung dan pemberi nafkah bagi istrinya sebagaimana yang dijelaskan al-Qur’an dalam surat An Nisa: 34.
Laki-laki (suami) dengan hak dan kewajibannya masing-masing. Perempuan (istri ) pun demikian. Akan tetapi, tidak jarang dalam kehidupan mengarungi bahtera rumah tangga, Allah menguji pasangan suami istri ini dengan keadaan-keadaan di luar dugaan.

Keterbatasan ekonomi misalnya. Karena kebutuhan hidup semakin tinggi, tidak sedikit para istri ikut berperan membantu suami mencari penghasilan. Bahkan pada posisi yang sangat ekstrem, misalnya suami di PHK, atau suami meninggal dunia, muncullah sosok-sosok istri yang mengambil alih peran sebagai pencari nafkah.
Para istri yang semula menjadi “menteri dalam negeri” sebuah rumah tangga, yang tugasnya banyak menangani pekerjaan-pekerjaan domestik, kini ikut berperan di luar itu semua.
Bagaimana jika hal ini terjadi pada anda?

Memang tidak mudah, dan cukup berat, melakukan sesuatu yang bukan menjadi kebiasaan kita. Jadi bukannya tidak mampu, tetapi lebih karena belum terbiasa. Tidak heran, karena (pada awalnya) mencari nafkah memang bukan kewajiban seorang istri. Namun jika dalam kondisi terdesak, seringkali muncul kemauan dan kekuatan-kekuatan terpendam yang mampu mengalahkan itu semua. Mengalahkan “rasa tidak mampu” dan menerbitkan semangat “harus bisa”.

Jangan Merasa Terpaksa
Apapun kondisi yang kita hadapi saat ini, yang membuat kita harus berbuat lebih, mengerjakan banyak hal di luar kebiasaan kita, janganlah merasa terpaksa. Okey…mungkin keadaan memang memaksa kita, namun mari terima ini semua dengan hati lapang. Bukankah Allah akan menguji kita dengan kekurangan berupa rasa lapar, rasa takut, dan rasa sakit?

“Dan Kami pasti menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampailkanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar”.{Al-Baqarah (2): 155}.
Jika keadaan ini terjadi pada kita, ya sudah…mari hadapi saja. Jangan mengeluh, jangan menyalahkan pasangan, apalagi menggugat takdir Allah.

Tetaplah Muliakan Suami, Raih Ridhanya
Istri seringkali disebut sebagai tulang rusuk, namun jika kemudian perannya menjadi tulang punggung, itu bukanlah aib. Suami yang belum bisa maksimal memberikan nafkah kepada keluarga, juga bukan semata-mata kesalahannya. Banyak faktor yang mempengaruhinya. Jadi, jika memang jalan rejeki dilewatkan tangan kita sebagai para istri, kenapa tidak?

Nah…permasalahan yang kerap timbul adalah ikatan hati pasangan suami istri yang mengendor karena peralihan peran tersebut. Para suami yang down karena ketidakmampuannya memberikan nafkah menimbulkan rasa sensitif tersendiri. Adapun para istri yang mengerjakan tugas-tugas yang bukan kebiasaannya juga menimbulkan rasa sensitif yang sering tidak terkendali. Rasa sensitif muncul karena lelah yang berlebihan. Apalagi jika ditambah dengan rasa terpaksa. Yang muncul kemudian adalah saling menyalahkan pasangan.
Apapun kondisi suami saat ini, jika memang para istri harus membantu mencari nafkah, tugas berat yang harus tetap dijaga adalah tetap muliakan para suami. Bagaimana pun, suami adalah qowwam (pemimpin) kita. Jika kita harus keluar rumah untuk bekerja, tetap mintakan ridha dan keikhlasannya. Jika kita harus meminta pertolongannya untuk membantu pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, mintalah dengan baik, sehingga tidak melukai harga dirinya. Ingatlah, bahwa ridha suami juga akan berpengaruh pada aktivitas kita di luar rumah.

Komunikasikan dengan Cinta
Setiap kita pasti ingin segera keluar dari situasi sulit ini. Maka yang harus kita lakukan adalah mengkomunikasikan keadaan ini dengan pasangan kita secara baik-baik. Ingatlah bahwa semua kesulitan bukan akhir dari dunia. Ini hanyalah sebuah episode hidup yang harus kita lalui dan pada saatnya nanti akan berganti dengan episode yang indah.

Bicarakan baik-baik dengan suami, apa yang akan kita lakukan untuk menghadapi masa sulit ini, dan bagaimana setelah ini. Tetaplah support, berikan ide-ide baru untuk menyegarkan pikirannya yang suntuk. Bisa jadi, dari pembicaraan-pembicaraan itu nanti akan muncul sebuah langkah-langkah baru yang hasilnya justru jauh lebih baik dari apa yang dikerjakan tempo hari. Tidak sedikit bukan, kisah-kisah orang sukses yang berawal dari PHK, atau berawal dari situasi yang teramat sulit? Berikutnya, bahkan tidak menutup kemungkinan, kita bisa memulai melakukan usaha bersama.

Pada akhirnya, kita perlu menyadari, setiap likuan hidup kita ini, kesulitan atau kesenangan adalah sunnatullah. Jika saat ini kita diuji dengan kesulitan, yakinlah kesulitan itu datang bersama kemudahan.
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,”(Al Insyirah {94} : 5)

Kuncinya, apakah kita siap menjemput kemudahan itu dengan usaha atau tidak. Banyak dari kita ketika menghadapi kesulitan bersikap sebagai “korban.” Menyalahkan sana sini. Bukannya mencari solusi malah menambah masalah. Ketika saat ini kita sebagai istri harus ikut berperan mencari tambahan penghasilan, maka kenapa tidak? Tinggal kita pikirkan, apa yang akan kita kerjakan, dan bagaimana cara kita mengerjakannya. Akan lebih baik jika kita memiliki ketrampilan-ketrampilan yang bisa dikembangkan dari dalam rumah, sehingga waktunya bisa dikompromikan dengan kegiatan-kegiatan di dalam rumah.

Yang juga tidak kalah penting adalah temukan komunitas yang dapat memberikan support kepada kita, sehingga bisa memberikan semangat dan pencerahan. Akan menambah masalah jika Anda bertemu dengan orang-orang yang tidak tepat, yang bukannya mendukung tetapi justru memberikan masukan-masukan yang negatif.

Sabda Rasulullah yang ini semoga mampu meneguhkan kita, “Memang sangat menakjubkan keadaan orang mukmin itu; karena segala urusannya sangat baik baginya dan ini tidak akan terjadi kecuali bagi seseorang yang beriman dimana bila mendapatkan kesenangan ia bersyukur. Maka yang demikian itu sangat baik baginya, dan bila ia tertimpa kesusahan ia sabar, maka yang demikian itu sangat baik baginya.” (Riwayat Muslim). By : Hidayatullah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar