PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Di sepanjang kehidupannya, manusia melalui berbagai masa dan
tahapan. Tidak diragukan lagi, tidak ada satupun masa yang lebih manis dan
indah seperti masa yang dinikmati oleh anak-anak. Orang-orang dewasa senantiasa
mengenang masa kecil mereka dengan penuh rasa suka cita dan mereka akan
menceritakan peristiwa dan kenangan masa kecil itu dengan penuh semangat.
Permainan, imajinasi, rasa ingin tahu, dan ketiadaan beban hidup, membuat masa
kanak-kanak menjadi manis dan menarik buat semua orang. Namun, dewasa ini, para
ahli psikologi dan sosial meyakini, era kanak-kanak di dunia sedang berhadapan
dengan keruntuhan dan akan tinggal menjadi sejarah saja. Di masa yang akan
datang, anak-anak di dunia tidak akan lagi menikmati masa kanak-kanak yang
manis, yang seharusnya menjadi masa terpenting dalam membentuk kepribadian
mereka.[1]
Dewasa ini, media masa Barat, dengan program-programnya yang
memperlihatkan kerusakan moral dan kekerasannya, sedang merobohkan dinding yang
menjadi tembok pemisah antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Fenomena
seperti ini tidak hanya terjadi di Barat, namun juga di negara-negara lain karena
besarnya infiltrasi media barat di
berbagai penjuru dunia. Dengan kata lain, anak-anak zaman kini dibebaskan untuk
melihat apa yang seharusnya hanya ditonton oleh orang dewasa dan hal ini dapat
berdampak buruk bagi anak-anak itu.
Doktor Tabatabaein,
seorang pakar media di Iran, pernah menulis bahwa masa kanak-kanak merupakan
salah satu tahapan usia seorang manusia, yang memiliki kebutuhan dan kapasitas
tersendiri. Jiwa dan fisik anak-anak yang lembut tidak memiliki kesiapan untuk
dihadapkan kepada konflik dan masalah yang dialami oleh orang dewasa. Neil
Postman, seorang penulis Amerika, juga pernah menulis bahwa jika sudah tidak
ada batas antara dunia anak-anak dan dunia orang dewasa, tidak akan ada lagi
apa yang dinamakan sebagai dunia kanak-kanak.[2]
Di antara berbagai
media masa, televisi memainkan peran yang terbesar dalam menyajikan informasi
yang tidak layak dan terlalu dini bagi anak-anak. Menurut para pakar masalah
media dan psikologi, di balik keunggulan yang dimilikinya, televisi berpotensi
besar dalam meninggalkan dampak negatif di tengah berbagai lapisan masyarakat,
khususnya anak-anak. Memang terdapat usaha untuk menggerakan para orang tua
agar mengarahkan anak-anak mereka supaya menonton program atau acara yang
dikhususkan untuk mereka saja, namun pada prakteknya, sedikit sekali orangtua
yang memperhatikan ini.[3]
Peradaban moderen telah
melahirkan berbagai teknologi yang canggih. Salah satu teknologi yang lahir
dari peradaban modern tersebut adalah media elektronik yang bernama televisi.
Televisi telah mampu menarik perhatian semua manusia dan menjadikannya sebagai
salah satu bagian dari kehidupannya, karena kebutuhan akan
informasi, hiburan dan pendidikan di dapat dari salah satu media yang bernama
televisi ini. Benda kotak ini menjadi salah satu media hiburan yang
menyenangkan, tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa tapi juga bagi anak-anak.
Kenapa menyenangkan? Karena televisi menyajikan pesan suara dan gambar bergerak
secara bersamaan yang di pancarkan melalui stasiun pemancar.[4]
Namun, di balik yang
menyenagkan itu televisi kebanyakan acaranya tidak sehat dan juga tidak
mendidik. Barangkali, kritik yang paling gencar dilontarkan oleh orang-orang
yang mengecam meningkatnya tayangan kekerasan dan seks di TV secara gamblang.
Misalnya, sebuah penelitian di Amerika Serikat mendapati bahwa hampir 2 di
antara 3 acara TV memuat adegan kekerasan, rata-rata enam adegan per jam.
Sewaktu seorang remaja mencapai usia dewasa, dia telah menonton ribuan tayangan
adegan kekerasan dan pembunuhan. Topik-topik seksual juga berlimpah. Dua per
tiga dari semua acara TV mencakup percakapan tentang seks, dan 35 persen
mencakup perilaku seksual, yang biasanya disajikan sebagai perilaku yang bebas
risiko dan spontan serta melibatkan pasangan-pasangan yang belum menikah.[5]
Televisi merupakan
media yang dapat menampilkan suara dan gambar sekaligus. Ia menyibukkan dua
indra sekaligus yakni, pendengaran dan penglihatan. Televisi mampu memukau
penonton dengan sempurna pada materi media yang dihidangkannya.[6]
Golongan
yang paling mudah menjadi sasaran media televisi adalah anak-anak dan remaja.
Anak-anak suka meniru apa yang dia liat
dan dia dengar, sedangkankan remaja lebih parah lagi karena didukung dengan
daya khayalanya yang luas dan liar.[7]
Masa kanak-kanak dan remaja adalah masa yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Pada masa remaja ini masih mencari jati dirinya dan mencari
tokoh taoladan yang patut ditiru.
Apa yang di tampilkan oleh siaran televisi tidak semuanya bernilai
positif akan tetapi ada juga yang bernilai negtif. Bisa jadi mereka beranggapan
segala yang ditampilkan atau apa yang ditayangkan televisi bisa di tiru dan dijadikan tauladan. Allah
berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21 yaitu :
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx.
Artinya : Sesungguhnya telah
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah.(QS.Al-Ahzab : 21)[8]
Ayat di atas menjelaskan bahwa tokoh yang patut kita tiru dan
contoh adalah Rasulullah yang baik akhlak dan budi pekertinya. Bukan pemain
sinetron yang pakaiannya super ketat, gaya rambut ala barat dan gaya bicara
anak gaul.
Pada saat ini akhlak
dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang tua di masyarakat luas, sehingga
dapat mengakibatkan moralitas mereka rendah, yang jadi sorotan bagaimana perhatian
orang tua dalam mengawasi tontonan anaknya di rumah. Tanpa disadari ternyata
tontonan televisi yang tadinya sebagai hiburan berdampak kurang baik bagi
anak-anak kita.
Sekitar
60 juta anak Indonesia menoton televisi selama berjam-jam atau hampir sepanjang
hari.[9] Mulai dari acara gossip, berita criminal,
sinetron, film yang penuh dengan kekerasan, intriks, mistis, amoral dan film-film
orang dewasa yang sama sekali tidak mendidik.
Dari fenomena di atas patut kiranya untuk
mengambil judul :
“PENGARUH
MENONTON BUDAYA NEGATIF TAYANGAN TELEVISI TERHADAP PERKEMBANGAN AKHLAK REMAJA DI SEKOLAH”
( Studi Kasus di Sekolah SMA Amaliah Plus Ciawi
kabupaten Bogor )
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1.
Batasan masalah
Melihat dari masalah yang akan di
teliti agar tidak meluas maka diambil batasan msalah budaya negatif yang
ditanyangkan TV, akhlak pada Allah, akhlak pada diri sendiri dan akhlak pada
teman di sekolah.
2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah sebagai upaya mempermudah pembahasan dan
penelitian. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah daripenelitian ini adalah :
a.
Bagaimana
minat remaja menonton budaya negatif yang ditayangkan televisi?
b.
Bagaimana
perkembangan akhlak remaja di
sekolah ?
c.
Adakah
pengaruh dari seringnya menonton tayangan budaya negatif terhadap akhlak remaja di sekolah?
C. Tujuan Penelitian
1.
Untuk
mengetahui minat remaja dalammenonton
budya negatiftelevisi, di
sekolah SMA Amaliah Plus.
2.
Untuk
mengetahui perkembangan akhlah remaja di sekolah.
3.
Untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh menonton budaya negatif yang ditayangkan di
televisi terhadap akhlak remaja di sekolah.
D. Manfaat Penelitian
1.
Penelitian
ini diharapkan dapat menambahkan wawasan berpikir dalam upaya meningkatkan ilmu
pengetahuan khususnya bagi penulis.
2.
Penelitian
ini diharapkan menjadi bahan masukkan bagi orang tua untuk mengawasi dan
memperhatikan perkembangan akhlakremaja
dari luar khususnya televisi.
3.
Untuk
melengkapi syarat gelar Serjana Pendidikan Islam pada jurusan Pendidikan Agama
Islam Al-Karimiah Depok.
E. Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi ini terdiri dari lima bab, yang dalam babnya
dibagi ke dalam subbab, dengan perincian sebagai berikut:
Bab pertama, berisi
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab dua, berisi landasan teoritis yang menjelaskan
tentang: Konsep
tentang televisi yang terdiri dari pengertian pengaruh televisi, fungsi positif
dan negatif. Konsep tentang remaja terdiri dari pengertian remaja,
peerkembangan usia remaja. Kerangka Akhlak yang terdiri dari pengertian akhlak,
hal-hal yang meliputi akhlak, kedudukan akhlak dalam Islam. Kerangka berpikir
dan Rumusan Hipotesis.
Bab tiga, pada bab ini
memaparkan metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, tempat dan
waktu penelitian, metode dan teknik penelitian, populasi dan sampel penelitian,
instrumen penelitian, analisa data.
Bab empat, pada bab ini
memaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari gambaran umum
lokasi penelitian, yang meliputi sekilas perjalanan SMA Amaliah Plus, Visi dan Misi, keadaan guru dan siswa, sarana dan prasarana.
Proses pengolahan data penelitian di SMA Amaliah Plus.
Pelaksanaan pengolahan data penelitian. Hasil analisis data. Dan Pembahasan
hasil penelitian di SMA Amaliah Plus.
Bab lima, merupakan bab
penutup, pada bab ini berisi kesimpulan, implikasi dan saran.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A.
Konsep TentangTelevisi
Dalam
kamus Bahasa Indonesia televisi adalah sistem penyiaran gambar yang disertaibunyi(suara)
melalui kabelatau melalui angkasa menggunakan alat pengubahnya menjadi berkas
cahaya yang dapat dilihat dengan bunyi yang dapat didengar.[1]
Televisi
adalah pengiriman pesan secara listrik dan penerimanya akan kilasan-kilasan (F.Lasker)
bayangan pandangan (IEEE) terdiri atas proses bayangan pemandangan atau adegan
yang menempuh jarak, lewat radio atau kawat.[2]
Menurut
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy.MA dalam bukunya Televisi Siaran dan Praktek
mengungkapkan pengertia televisi ditinjau dari dua aspek yaitu dilihat dari
fungsinya dan jenisnya. Televisi dilihat dari fungsinya yaitu televisi siaran (television
brosdcart) yang merupakan media dari jaringan komonikasi dengan ciri-ciri yang
dimiliki momonikasi masa yaitu berlangsung satuarah, komonikatornya melembaga,
pesannya bersipatumum, sasarannya menimbulkan kesempatan dan komonikasinya
heterogen.[3]
Dari
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa televisi adalah salah satu
media elektronik yang dapat menyampaikan pesan melalui audio dan visual kepada
pemirsanya dan memberikan pengetahuan baru sehingga informasi yang ditampilkan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan bermanfaat.
Televisi
saat ini adalah sarana yang paling sangat
digemari dan dicari orang. Untuk mendapatkan
televisi tidak lagi susah seperti zaman dahulu dimana perangkat
komunikasi ini adalah barang yang langka dan hanya kalangan tertentu yang
sanggup memilikinya.Saat ini telavisi telah menjangkau lebih dari 90 persen
penduduk di negaara berkembang. Televisi yang dulu mungkin hanya menjadi
konsumsi kalangan dan umur tertentu saat ini bisa dinikmati dan sangat mudah
dijangkau oleh semua kalangan tanpa batas. Siaran-siaran televisi akan
memanjakan orang-orang pada saat-saat luang seperti saat liburan,sehabis
bekerja bahkan dalam suasana sedang bekerjapun orang-orang masih menyempatkan
diri untuk menoton televisi. Sungguh acara yang variatif dan menarik membuat
orang tersanjung untuk meluangkan waktunya duduk di depan televisi.
Namun
dibalik itu semua dengan dan tanpa disadari televisi telah memberikan banyak
pengaruh negatif dalam kehidupan manusia baik anak-anak maupun orang dewasa.
Kita harus berhati-hati sebab televisi selain bisa menjadi teman yang baik bisa
juga menjadi musuh yang menghanyutkan.
Dalam
sebuah survei yang dilakukan lebih dari setengah anak-anak di AS mempunyai
televisi di kamar mereka. Usia remaja
paling banyak menoton televisi di kamar dan hampir sepertiga anak-anak pra
sekolah mempunyai televisi di kamar mereka dan menghabiskan lebih banyak waktu
untuk menoton televisi. Disebutkan juga adanya beberapa orang siswi sebuah
sekolah yang bergantian bolos dari sekolah demi menonton sebuah tayangan opera
sabun di televisi.[4]
Di Indonesia
mungkin tidak sampai menjadikan
persentase sebesar ini namun pengaruh televisi juga telah banyak membentuk pola
pikir dari anak-anak Indonesia. Dalam tayangan televisi saat ini terdapat
banyak gaya kehidupan setan seperti
kekerasan yang membuat bulu kuduk merinding, vulgaritas, kejahatan, kebencian,
sek bebas, penipuan, gaya hidup yang glamor, tatanan rambut yang radikal, dan
lain-lain. Orang yang semakin sering menonton tayangan-tayangan seperti itu
pada akhirnya akan menerima hal itu sebagai sesuatu perbuatan yang normal.
Yayasan
Kesejahteraan Anak Indonesia mencatat rata-rata anak usia Sekolah Dasar
menonton televisi antara 30 hingga 35 jam setiap minggu. Artinya pada hari-hari
biasa mereka menonton tayangan televisi lebih dari 4 hingga 5 jam sehari.
Sementara di hari Minggu bisa 7 sampai 8 jam. Jika rata-rata 4 jam sehari,
berarti setahun sekitar 1.400 jam, atau 18.000 jam sampai seorang anak lulus
SLTA. Padahal waktu yang dilewatkan anak-anak mulai dari TK sampai SLTA hanya
13.000 jam. Ini berarti anak-anak meluangkan lebih banyak waktu untuk menonton
televisi daripada untuk kegiatan apa pun, kecuali tidur.[5]
Dalam
hal ini televisi telah menjadi propaganda terpenting yang dipakai setan saat
ini terhadap manusia baik dewasa maupun anak-anak. Tidak bisa disangkal dewasa
ini televisi adalah salah satu guru elektronik bagi anak-anak maupun orang
dewasa.
1. Fungsi televisi sebagai media masa.
Sama seperti media masayang lainnya televisi
pada pokoknya memiliki tiga fungsi yakni :
a. Fungsi penerangan
b. Fungsi pendidikan
c. Fungsi hiburan
Fungsi televisi sebagai media masa adalah sebagai
penerang, karena media mampu menyiarkan informasi yang sangat memuaskan hal ini
disebabkan dua paktor yang terdapat pada media audio visual itu pertama Immediacy
(perstiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh
pemirsa saat perestiwan itu berlangsung). Reslism (sesuai kenyataan) stasiun
televisi menyampaikan berita sesui dengan kenyataan karena informasinya audio
visual.[6]
Televisi
memberikan penerangan terhadap berita atau informasi tentang kesehatan,
politik, sosial, kriminal dan sebagainya.
Fungsi
pendidikan yaitu sebagai media masa televisi yang mampu menyiarkan acara
pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan. Sesuai
dengan makna pendidikan yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat
maka stasiun televisi menyiarkan acara-acara tertentu secara teratur, misalnya
pelajaran bahasa, matematika,
elektronika dan sebagainya.[7]
Fungsi
hiburan, sebagi negara yang besifat agraris hiburan sangat dibutuhkan. Oleh
karena itu televisi mendominan, sebagian besar alokasi waktu siaran diisi oleh
acara-acara hiburan
Jadi, televisi sangat dibutuhkan untuk menyampaikan
berita kepada masyarakat dan sebagai hiburan bagi penikmatnya. Selain sebagai
penyampai berita dan hiburan bisa juga sebagai sarana pendidikan.
2. Sisi positif yang bisa diberikan televisi bagi
kita :
a. Televisi hadir sebagai sarana untuk
memperlancar hubungan dan komonikasi antara manusia. Banyak perubahan dan
kemajuan yang terjadi pada masyarakat abad kedua
puluh dengan datangnya media berupa televisi.[8]
b. Televisi menghibur kita. Pada dasarnya fungsi
televisi adalah memberikan hiburan yang sehat serta pengetahuan kepada
pemirsanya. Tidak bisa di pungkir bahwa manusia adalah makhluk yang membutuhkan
hiburan.[9]
c. Pada anak yang lebih kecil, usia 2-3 tahun efek
program pendidikan itu jauh lebih kuat di banding dengan anak yang tidak
menggunakan televisi.[10]
d. Televisi sebagai sumber informasi tentang
peristiwa yang terjadi dengan cepat seperti kejadian bencana alam dan
sebagainya, yang perlu diketahui dan mendapat perhatian secara cepat.[11]
e. Selain itu televisi juga berfungsi sebagai
media sosial, yakni sebagai media untuk memobilisasi simpati, empati, dan
dukungan terhadap berbagai persoalan kemanusiaan yang memerlukan respon masyarakat luas
seperti gerakan solidaritas membantu korban bencana alam, gerakan orang tua
asuh, dan lain-lain.
Jadi, sisi positif televisi bisa sebagai media yang
memperlancar hubungan antar manusia, sebagai media pendidikan, sebagai sarana
hiburan dan sebagai media sosial bagi masyarakat.
3.
Sisi
negatif dari televisi.
a) Sinar biru dari televisi dapat berpotensi
memicu terbentuknya radikal bebas dan
melukai fotokimia pada retina mata anak.
c) Televisi bisa merusak peradaban kita. Banyaktayangan televisi saat ini yang sudah
kehilangan fungsi. Televisi menjadi pusat komersial nomor satu. Acara-acara
dikemas untuk bisadijual publik. Banyak acara televisi yang sama sekali tidak
menghargai kehidupan bermasyarakat dan beragama. Banyak yang tidak lagi
mengejar impian dan nilai-nilai moral tetapi sebaliknya menyerap nilai-nilai
yang menyimpang dari masyarakat yang rapuh. Mengajarkan orang bagaimana berbuat
licik, jahat, berprilaku jelek, membunuh
dan seni berbohong. Tayangan-tayangan yang berbau kekerasan, seksual, banyak
mempengaruhi jalan pikiran pemirsa yang akibatnya adalah mereka menganggap hal
itu sebagai sesuatu yang normal untuk dilakukan.[13]
d) Televisi bisa menyita banyak waktu berharga kita. Berdasarkan survey, kurang
25% orang tua percaya bahwa anak-anak mereka lebih banyak menonton televisi.
Pada akhirnya televisi akan memanjakan permisa yang membuat orang lupa untuk
beraktivitas, menghancurkan gairah kerja, dan lain-lain. Banyak acara populer
yang ditayangkan pada tengah malam atau subuh. Para penggemar acara tersebut
akan memilih untuk duduk didepan televisi semalaman dari pada memikirkan
pekerjaan esok hari. Akhirnya keadaan ini mengurangi etos dan kualitas kerja.
Satu hal yang sangat menyedihkan adalah ketika diwaktu isya yang seharusnya
mereka shalat malah disajikan acara sinetron karena menurut insan-insan
pertelevisian waktu ini disebut dengan prime time, yang mana waktu ini amat diperebutkan oleh
instansi pertelevisiaan.[14]
e) Televisi bisa membohongi dan sekaligus membuat
kita lupa diri. Penonton disajikan dengan tindakan dan konsekuensi yang
sepenuhnya tidak realitas. Seperti cerita-cerita yang tidak masuk akal,
kehidupan fantasi yang mengeksploitasi seks, kekayaan dan dewi penolong. Anak-anak sangat mudah
terpengaruh dan mengadopsi kehidupan sang tokoh film dalam kehidupannya dan
menginginkan diri seperti tokoh tersebut. Televisi banyak mempengaruhi pemirsa secara
psikologis. Banyak tayangan yang mengajak pemirsanya untuk hidup dalam dunia
hayalan. Televisi mengajarkan kepuasan sesaat, seperti iklan yang di
gunakanuntuk menarik anak-anak dan remaja serta menarik mereka untuk membeli
produk mereka yang menipu. Televisi mengajarkan bahwa kebahagiaan memiliki
segala sesuatu.[15]
Jadi, sisi negatif dari televisi adalah
berpengaruh terhadap kesehatan mata, menjaikan orang malas membaca, merusak
peradaban kita, menyita banyak waktu, mengajarkan seni berbohong dan membuat
kita lupa diri serta mempengaruhi cara keluarga berinteraksi.
B. Konsep tentang remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti
yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
fisik.[17]
Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas
karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remja masih belum mampu menguasai
fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Ditinjau dari segi tersebut mereka masih
termasuk golongan kanak-kanak, mereka mesti harus menemukan tempat dalam
masyarakat. Pada umumnya mereka masih sekolah menengah atau perguruan tinggi.[18]
Menurut Kwee Soen Liang SH.Masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa
dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi
untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan
21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.[19]
Sedangkan menurut Zakiah Darajat remaja adalah masa
peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami
masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya.
Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau
bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.[20]
Hal senada diungkapkan oleh Santrockbahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa
perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan
biologis, kognitif, dan sosial-emosional.[21]
Jadi, dapat di
simpulkan bahwa remaja adalah dimana masa usia seorang anak yang mengalami
perubahan dari anak menuju dewasa. Yang mana saat usia ini terjadi perubahan
pisik dan pisikisnya menuju kematangan.
Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah
antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga yaitu :
·
masa
pra-remaja 10 – 12 tahun.
Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini &
Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak
dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa
tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun
psikologis.
1.
Aspek-Aspek
Perkembangan Pada Masa Remaja
a. Perkembangan
fisik
Drs H.M.
Arifin, M.Ed. merangkum berbagai pendapat para ahli biologi tentang makna
pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut :
“
Pertumbuhan diartikan sebgai suatu penambahan dalam suatu ukuran bentuk, berat
atau demensif tubuh serta bagian-bagiannya. Adapun kata perkembangan menunjuk
pada perubahan-perubahan dalam bentuk ukuran / bagian tubuh dan integrasi
bagiannya kedalam satu kesatuan fungsional bila pertumbuhan itu berlangsung”.[23]
Perubahan
pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot,
dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih
dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang
dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga
strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif.[24]
Jadi,
pertumbuhan adalah tejadinya perubahan atau penambahan bentuk tubuh, berat
badan dan kematangan organ seksual.
b. Perkembangan
Kognitif
Menurut
Piaget, seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi
secara biologis mereka.
Dalam
pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana
informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema
kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang
lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide
tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan
diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan
suatu ide baru.[25]
Perkembangan
kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar,
berpikir, dan bahasa. Piaget mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi
kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan
lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja
untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai
tahap operasi formal.[26]
Tahap
formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir
secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual,
serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal
remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu
menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan
seorang anak yang baru mencapai tahap operasi kongkret yang hanya mampu
memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir
secara hipotetis. Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa
rencana atau suatu bayangan.[27]
Remaja
dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek
pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan
konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat
membahayakan dirinya.[28]
Pada
tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana
mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan.
Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari
kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai
mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu
perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan.[29]
Pendapat
Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan
bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri,
merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko
yang dilakukan remaja.[30]
Umumnya
dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak
realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya
tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu.[31]
Jadi, perkembangan
kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar,
berpikir, dan bahasa. Pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu
interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang
semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak.
c. Perkembangan
kepribadian dan sosial
Yang
dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu
berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik. Sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam
berhubungan dengan orang lain.[32]
Perkembangan
kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang
dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang
unik dengan peran yang penting dalam hidup.[33]
Perkembangan
sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang
tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di
luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman.
Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar.[34]
Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam
menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap
perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun
penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari
kelompok teman sebaya’[35]
Jadi, perkembangan
kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan
menyatakan emosi secara unik. Sedangkan perkembngan sosial adalah perubahan
cara berhubungan dengan orang lain atau lingkungan.
2.
Ciri-ciri
Masa Remaja
Masa
remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang
cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi
selama masa remaja.
a.
Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat
pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress.
Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon
yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini
merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa
sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada
remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti
anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan
tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak
jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.[36]
b.
Perubahan
yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang
perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka
sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal
seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan
eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat
berpengaruh terhadap konsep diri remaja.[37]
c.
Perubahan
dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa
remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak
digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga
dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka
remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang
lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja
tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama,
tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.[38]
d.
Perubahan
nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi
kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
e.
Kebanyakan
remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi
mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung
jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka
sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.[39]
C. Konsep tentang akhlak
- Pengertian akhlak
Secara
etimologis (lughat) akhlaq (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari
khulaq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.[40]
Secara terminologi
akhlak adalah :
- Menurut Ibn Miskawawih
“Keadaan jiwa seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran (lebih dulu)”[41]
- Versi Imam Al-Ghazali
“Akhlak ialah suatu
sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan
pertimbangan pikiran”[42]
- Prof. Dr. Ahmad Amin
“Sementara orang yang
mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya,
kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak”.[43]
Jadi, Akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya
timbul perbuatan-perbuatan atau tingkah laku yang menjadi kebiasaan.
Di samping
istilah akhlak juga dikenal etika dan moral ketiga istilah ini sama-sama
menentukan nilai baik dan buruk sikap perbuatan manusia. perbedaannya terletak
pada standar masing-masing. Bagi akhlak standarnya adalah Al-Qur’an dan
assunah, bagi etika standarnya adalah akal pikiran dan bagi moral standarnya
adalah adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat.[44]
Dalam pembinaan
akhlak mulia merupakan ajaran dasar dalam Islam dan pernah diamalkan seseorang,
nilai-nilai yang harus dimasukkan ke dalam dirinya dari semasa ia kecil. Ibadah
dalam Islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam Al-Qur’an
dikaitkan dengan taqwa, dan taqwa berarti pelaksanaan perintah
Tuhan dan menjauhi larangannya. Larangan Tuhan berhubungan perbuatan tidak
baik, orang bertakwa adalah orang
yang menggunakan akalnya dan pembinaan akhlak adalah ajaran paling dasar dalam Islam.[45]
Dalam perspektif pendidikan Islam, pendidikan akhlak adalah
faktor penting dalam pembinaan umat oleh karena itu, pembentukan akhlak dijadikan sebagai bagian dari tujuan
pendidikan. Pendapat Atiyah al-Abrasyi, bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa
dari pendidikan Islam, dan mencapai kesempurnaan akhlak merupakan tujuan
pendidikan Islam.[46]
Firman Allah swt. dalam QS. (29): 45
cÎ)
no4qn=¢Á9$#
4sS÷Zs?
ÇÆtã
Ïä!$t±ósxÿø9$#
Ìs3ZßJø9$#ur
3
Artinya : “…Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. ( QS. Al’Ankabuut : 45 )[47]
Firman Allah swt. dalam QS. (3): 159
$yJÎ6sù
7pyJômu
z`ÏiB
«!$#
|MZÏ9
öNßgs9
(
öqs9ur
|MYä.
$àsù
xáÎ=xî
É=ù=s)ø9$#
(#qÒxÿR]w
ô`ÏB
y7Ï9öqym
(
Artinya : “Maka
disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu…”( QS.Al-Imran :159 )[48]
Dari dua ayat
di atas sangat jelas menekankan kita untuk menjadikan akhlak sebagai landasan
segala tingkah laku yang berasal dari Al-Qur’an.
- Ruang Lingkup Akhlak
Secara rinci
akhlak dalam Islam dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
a.
Akhlak manusia terhadap al-khaliq.
b.
Akhlak manusia terhadap dirinya sendiri.
c.
Akhlak manusia terhadap sesamanya.
d.
Akhlak manusia terhadap alam lingkungannya.[49]
Yunahar Ilyas
membagi pembahasan akhlak dengan enam bagian, yaitu:
a.
Akhlak terhadap Allah swt.
b.
Akhlak terhadap Rasulullah saw.
c.
Akhlak pribadi.
d.
Akhlak dalam keluarga.
e.
Akhlak bermasyarakat.
f.
Akhlak bernegara.[50]
Prinsip akhlak
dalam Islam yang paling menonjol adalah bahwa manusia dalam melakukan
tindakan-tindakannya, ia mempunyai kehendak-kehendak dan tidak melakukan
sesuatu. Ia harus bertanggung jawab atas semua dilakukannya dan harus menjaga
perintah dan larangan akhlak. Tanggung jawab itu merupakan tanggung jawab
pribadi muslim, begitupun dalam kehidupan sehari-hari harus selalu menampakkan
sikap perbuatan berakhlak. Akan tetapi akhlak bukalah semata-mata hanya
perbuatan akan tetapi lebih kepada gambaran jiwa yang tersembunyi.[51]
- Macam-Macam Akhlak
a. Akhlak terpuji
Yang termasuk
akhlak terpuji di antaranya sebagai berikut:
(1) Jujur
Sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang baik
harta, ilmu, rahasia dan sebagainya yang wajib dipelihara atau disampaikan
kepada yang berhak menerimanya.
(2) Pemaaf
Manusia tidak luput darikhilafatau salah. Maka
apabila orang berbuat sesuatu kepada diri kita yang mungkin karena khilaf atau salah maka maafkanlah
sebagai rahmat Allah SWT dan janganlah mendendam.
(3) Saling tolong-menolong
Saling tolong-menolong adalah ciri kehalusan budi,
kesucian jiwa, ketinggian akhlak dan membuahkan cinta antara sesama manusia.[52]
b. Akhlak tercela
Yang termasuk
akhlak yang tercela di antaranya sebagai berikut:
(1) Dengki
Ialah membenci
nikmat Tuhan yang dianugerahkan kepada orang lain dengan keinginan agar nikmat
orang lain itu terhapus.
(2) Dusta ( bohong )
Dusta ialah
memberikan sesuatu yang berlainan dengan kejadian yang sebenarnya .Orang yang berdusta menunjukan kelemahan
dirinya dan dusta adalah salah satu dari pada tanda munafik.
(3) Aniaya ( zholim )
Aniaya ialah
meletakan sesuatu tidak pada tempatnya dan mengurangi hak yang seharusnya
diberikan.
- Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak
Pertama seseorang mempunyai tingkah laku atau
akhlak, karena adanya pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu ada dua faktor yang mempengaruhi akhlak anak yaitu:
a.
Faktor keturunan atau keluarga
Faktor keturunan atau keluarga
merupakan pendidikan yang utama bagi pembentukan akhlak anaknya. Yang dilakukan
oleh orang tuanya biasanya si anak mengikutinya. Oleh karena itu peran orang
tua sangat mempengaruhi watak dan karakter anak-anaknya. Pepatah mengatakan
“Guru kencing berdiri murid kencing berlari.”
Nabi Muhammad SAW menjelaskan dalam hadis yang dibawa oleh Abu Hurairah :
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَى اْلفِطْرَةِ
فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِيْهِ اَوْيُنَصِّرَانِيْهِ وْيُمَجِّسَانِيْه
Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan
suci atau fitrah tergantung kedua orang tuanya mau dijadikan Yahudi, Nasrani
atau Majusi.”(HR.Bukhari dan Muslim).[53]
Didikan dan bimbingan dalam keluarga secara
langsung banyak memberikan bekas bagi penghuni rumah itu sendiri dalam tindak
tanduknya. Dan secara tidak langsung gerak langkah dari orang dewasa (baik ayah
maupun ibu) terutama sekali oleh seorang anak yang masih memerlukan bimbingan
dan perkembangan kematangan hidupnya.
b. Faktor
lingkungan atau pergaulan
Faktor yang mempengaruhi akhlak seseorang di
samping faktor keturunan dan juga faktor lingkungan, dari faktor kedua ini
faktor pergaulan atau lingkunganlah
yang sangat kuat pengaruhnya atau sangat dominan pengaruhnya dalam pembentukan
karakter atau akhlak. Seperti orang tua dahulu bilang siapa yang bergaul dengan
jualan minyak wangi maka akan dapat wanginya dan siapa yang bergaul dengan
tukang las maka akan terkena percikan apinya.[54]
C. Kerangka Berpikir
Peradaban moderen telah
melahirkan berbagai teknologi yang canggih. Salah satu teknologi yang lahir
dari peradaban modern tersebut adalah media elektronik yang bernama televisi.
Televisi telah mampu menarik perhatian semua manusia dan menjadikannya sebagai
salah satu bagian dari kehidupannya, karena kebutuhan akan
informasi, hiburan dan pendidikan di dapat dari salah satu media yang bernama
televisi ini. Benda kotak ini menjadi salah satu media hiburan yang
menyenangkan, tidak hanya dirasakan oleh orang dewasa tapi juga bagi anak-anak dan remaja.
Televisi adalah
salah satu media elektronik yang dapat menyampaikan pesan melalui audio dan
visual kepada pemirsanya dan memberikan pengetahuan baru sehingga informasi
yang ditampilkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan bermanfaat.
Namun pada kenyataanya tayangaan-tayangan yang di sajikan terlalu
membahayakan bagi perkembangan pola piker dan tingkah laku generasi muda pada
khususnya remaja. Dalam tayangan televisi saat ini terdapat banyak gaya kehidupan setan seperti kekerasan yang membuat bulu
kuduk merinding, vulgaritas, kejahatan, kebencian, sek bebas, penipuan, gaya
hidup yang glamor, tatanan rambut yang radikal, dan lain-lain. Orang yang
semakin sering menonton tayangan-tayangan seperti itu pada akhirnya akan
menerima hal itu sebagai sesuatu perbuatan yang normal.
Golongan yang paling mudah terpengaruh dari menoton
tayangan negatif ini di televisi adalah anak-anak dan remaja. Anak-anak suka
meniru apa yang dia liat dan dia dengar. Sedangkan remaja lebih parah lagi,
dimana saat masa usia mencari jati diri. Dimana usia remaja mempunyai daya
khayal yang luas dan liar.
E. Rumusan Hipotesis / Anggapan
Dasar
Menurut Suharsimi Arikunto hipotesis
diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data terkumpul.[55]
Untuk memberikan arah pada penelitian ini
maka dirumuskan sebagai berikut :
Ho : Tidak ada
pengaruh menoton budaya negatif tayangan televisiterhadap perkembangan akhlak
remaja di SMA Amaliah Plus Ciawi.
Hi : Ada pengaruh menoton budaya negatif tayangan televisi terhadap perkembangan akhlak remaja di SMA Amaliah Plus Ciawi.
PROSEDUR PENELITIAN
A. Tempat
dan Waktu Penelitian
Tempat
penelitian di SMA Amaliah Plus, Jl. Raya Tol Ciawi No 1. Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat.Adapuan
waktu penelitian mulai bulan Maret
s/d April 2011.
B. Populasi
dan Sampel Penelitian
1. Pupulasi
Peneltian
Pupulasi
adalah objek yang dijadikan sasaran penelitian yang memiliki ciri-ciri dan
krakteristik tertentu.Pupulasi adalah keseluruhan sobjek penelitian.[1]
Dilandasi pengertian diatas, yang
menjadi populasi dalam penelitian ini siswa SMA Amaliah Plus berjumlah 159
siswa, dari 5 kelas berdasarkan data yang ada.
2.
Sampel
Penelitian
Mengenai sampel yang akan diambil pada penelitian ini
mengacu pada pendapat suharsimi Arikunto, Mengatakan ; apabila subyeknya kurang
dari 100, maka lebih baik semua, sehingga penelitinya merupakan penelitian
populasi. Karena dalam
penelitian ini subyek 158, maka peneliti mengambil penelitian sampel, yaitu 25%
dari populasi.[2] Jadi,
jumlah sampel yang di ambil sebanyak 39.
C.
Metode
Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.
Metode
Penelitian
Dalam
penelitian skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu “metode
penelitian yang berusaha untuk mengetahui pengaruh atau hubungan tentang
fakta-fakta atau kenyataan yang sesungguhnya yang terjadi, dengan cara
menyebarkan angket kepada responden di tempat penelitian.”[3]
Penulis
juga menggunakan metode korelasi, yaitu suatu cara untuk menjawab masalah
dengan cara menghubungkan ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara
variabel. Metode korelasi ini diunakan karena disesuaikan dengan judul
penelitian: Pengaruh Menoton Budaya
Negatif Tayangan Televisi Terhadap Perkembngan Akhlak Remaja di Sekolah.
2.
Teknik
Penelitian
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini ditempuh beberapa teknik antara lain :
a.
Observasi
Secara luas, observasi atau penamatan berarti setiap
kegiatan untuk melakukan pengukuran . Akan tetapi, observasi atau pengamatan
disini diartikan lebih sempit yaitu pengamatan dengan menggunakan indra
penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
b.
Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam
arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui.[4]
Angket merupakan suatu alat
pengumpulan data yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada responden
sebanyak jumlah yang ditentukan. Untuk memperoleh data yang objektif tentang
pengaruh menonton budaya negative di televisi terhadap perkembangan akhlak anak
remaja di sekolah.
c.
Dokumentasi
Tekhnik ini adalah cara pengumpulan
data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku,
tentang pendapat, teori, dalil hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.[5]
D. Instrumen Penelitian
Seperti telah
diuraikan diatas, bahwa sebagai instrumen penelitian untuk mengumpulkan data
utama dalam penelitian ini dengan angket, yang berupa angket tertutup.
Untuk keperluan
penelitian ini penulis menentukan prosedur yang sistematis dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Penyusunan
Angket
Langkah pertama membuat kisi-kisi
penelitian yang disesuaikan atau sebagai penjabaran dari pertanyaan penelitian.
Langkah selanjutnya memuat angket penelitian dengan membuat petunjuk pengisian
serta penyusunan daftar pertanyaan dalam bentuk pilihan, dengan tujuan
diharapkan responden dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan
memilih salah satu alternatif jawaban yang dianggap tepat dari sekian item yang
disediakan.
2. Uji
Coba Angket
Untuk mendapatkan data yang akurat,
sekurang-kurangnya ada dua syarat yang harus dipenuhi oleh instrument
penelitian yaitu instrument penelitian harus memiliki tingkat kesahihan (validitas) dan keterandalan (realibitas).
Upaya untuk mendapatkan data yang valid
dan reliable sebelumnya dilaksanakan uji coba terlebih dahulu instrument pada
responden.
3. Revisi
Angket
Dari hasil uji coba tersebut dapat
dilihat item pertanyaan yang kurang dapat dimengerti, sehingga jawaban tidak
sesuai yang diharapkan.
Untuk mengatasi hal tersebut maka
diadakan revisi atau perbaikan-perbaikan, baik mengganti pertanyaan dan susunan
kalimat. Sehingga mudah dimengerti maksud dan tujuannya. Dengan revisi tersebut
diharapkan dapat memperoleh data yang seobyektif mungkin.
4. Penggandaan
Angket
Setelah angket dianggap mewakili
dan sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian melalui perbaikan-perbaikan,
maka angket tersebut digandakan / diperbanyak sesuai dengan jumlah responden
yang telah ditentukan.
E. Langkah-Langkah
Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini
penulis mengambil langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menghubungi dan Bertemu Langsung Dengan Kepala SMA Amaliah Plus Ciawi.
Untuk
menghindari adanya kesalah pahaman antara penulis dan pihak sekolah, maka
penulis menghubungi dan bertemu langsung dengan pihak sekolah dalam hal ini kepala
sekolah SMA Amaliah Plus Ciawi, setelah mendapat izin dari pihak sekolah,
barulah penulis mengadakan penelitian.
2. Tahapan Pelaksanaan
Pada
tahap ini penulis meminta bantuan kepada pihak sekolah untuk menyebarkan angket
yang telah disediakan untuk dibagikan kepada responden.Pada saat itu penulis hanya
menjelaskan kepada responden seperlunya, agar responden memahami dan menjawab
angket sesuai dengan kenyataan yang ada.
F. Analisis
Data
Data
yang terkumpul dari hasil penyebaran angket belum merupakan hasil yang berarti.
Oleh karena itu perlu pengolahan data dan analisis data untuk mencapai hasil
yang diinginkan, yaitu dapat
mengungkapkan permasalahan yang diteliti.
Adapun
langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data dan analisis data sebagai berikut, analisis
data ini dapat dilakukan setelah terkumpulnya data-data dari hasil observasi,
wawancara, angket dan dokumentasi. Analisi data ini penulis lakukan dengan cara
menggunakan rumus korelasi untuk melihat apakah ada hubungan antar variabel
dalam penelitian.
Berikut
adalah rumus untuk mencari koefisien korelasi:
Keterangan:
Rxy = Angka indeks korelasi “r” product moment
N = Number of cases
∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan
skor Y
∑X = Jumlah seluruh skor X
∑Y = Jumlah seluruh skor Y
Kemudian
memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment dengan interpretasi kasar atau sederhana, yaitu
dengan mencocokkan perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment.
Tabel 1
Nilai r product
moment
Besarnya
Nilai
|
Interprestasi
|
Antara
0,800 – 1,000
|
Tinggi
|
Antara
0,600 – 0,800
|
Cukup
|
Antara
0,400 – 0,600
|
Agak
Rendah
|
Antara
0,200 – 0,400
|
Rendah
|
Antara
0,000 – 0,200
|
Sangat
Rendah
|
Selanjutnya
untuk menentukan data penelitian ini signifikan atau tidak, digunakan rumus
sebagai berikut:
Rumus selanjutnya adalah untuk
mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
KD
= Koefision Determination (kontribusi
variabel X terhadap variabelY).
r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y.
[1]Suharsimi Arikunto,Prusedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,Jakarta,2006.h…130
[3] Suharsimi, Arikunto, prosedur
penelitian, JakartaP PT. Rineka Cipta, 2006, hal. 24
[4]Suharsimi Arikunto,Op.Cit,hlm..151
[5]Ibid, hal…158
[1].Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 2003.
[2]. Onong Uchjana Effendy. Televisi
Siaran Teori dan Praktek, Bandung : Masdar Maju, 1993.
[4]David Biak pemangkat, pengaruh dari sinetron
Indonesia .jakarta 1998. H,,6
[5]http://heriyantoo.blolsport.com.04-07-2011
[7]Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Te3levisi
Menjadi Reporter Propesional, Bandung.Rusda Karya,1986.h.23
[8]Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, Bandung,
Simbiosa Rekatama Media,2005,hal 3
[9]http://iriani77.blogdetik.com.24,02,2011
[10]Suara hidayatulaah.
[12]Suara Hidayatullah,02,2006ha..62
[13]Elizabet B.Hourlock, Pisikologi
Perkembangan,Jakarta: PT Glora Aksara Pratama,1978,h..40
[14]http : // Iblogronnpgp-bahasa-blogspot.com
[16]Ibid
[17].http//belajarpsikologi.com,Remaja Menurut Para Ahli,01-12-2010,20:44WIB
[18]. Monks , Knoers, Siti Rahayu Haditono, Psikologi perkembangan pengantar dalam
berbagai bagiannya, Yogyakarta, UGM, 2006 h…259
[19]Muhammad Al-Mighwar. Psikologi Remaja. Pustaka Setia. 2006. Ha…62
[20]http//belajarpsikologi.com,Remaja Menurut Para Ahli,01-12-2010,20:44WIB
[21]Ibid…
[22]UP Cit,Monks , Knoers, Siti Rahayu
Haditono.h…267
[24]http//belajarpsikologi.com,Remaja Menurut Para Ahli,01-12-2010,20:44WIB
[25]Dr Akram Ridho, Remaja Tanpa Masalah,
Jakarta,Qisthi Press, 2005.h…117
[27]Ibid…
[28]Syaikh M. Jamaludin Mahfuzh, psikologi Anak
dan Remaja Muslim.Jakarta, Pustaka Kausar.2009, h…127
[29]UP Cit, Dr.akgram Ridho.h…..97
[30]Ibid..
[32]Muhammad Al-Mighwar.Psikologi Remaja.Pustaka Setia. H..76
[33]http//belajarpsikologi.com,Remaja Menurut Para Ahli,01-12-2010,20:44WIB
[35]http//belajarpsikologi.com,Remaja Menurut Para Ahli,01-12-2010,20:44WIB
[36]http//belajarpsikologi.com,Remaja Menurut Para Ahli,01-12-2010,20:44WIB
[38]UP Cit, Dr.akgram Ridho.h…..47
[39]Ibid..
[41].Ibid,hlm …4
[42].Ibid, hlm…4
[43].Zahruddin AR, Pengantar Studi Akhlak,jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2004. H…4
[44].Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlsk,Jakarta : Rajawali Press, 1992.h..9
[45]Harun Nasution, Islam Rasional (Cet. IV; Bandung:
Mizan, 1996), h. 60
[46].Zainudin dkk, Seluk Beluk Pendidikan Al-Ghazli: jakarta Bumi Aksara , 1991.h..44
[47].Departemen Agama, Qur’an tajwid dan terjamah: Magfirah.h..401
[48]Ibid….hlm..71
[52]Drs.Zaharudin, Hasananuddin Sinaga, PengantarStudi
Akhlak,Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, h..153-161
[53]Syaikh M.Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim. Pustaka
Al-Kautsar.Jakarta.2009. h..291
[54]Up Cit, Syaikh M.Jamaluddin Mahfuzh…hal.232
[55]. Suharsimi Arikunto, prusedur penelitian suatu pendekatan praktek, Jakarta, PT Rineka
Cipta.h..71
[2]Muna Haddad Yakan,Hati-hati Terhadap Media
yang Merusak Anak,Jakarta.GIP.h…32
[3] Ibid……h..33
[5]http://iblogronnpgp-bahasa.blogspot.com,23,04,2011
[6]Muna Hadad Yakan, Hati-hati Terhadap Media yang Merusak Anak, Gema Insani Press, Jkt,1990h..11
[7]Ibid..h..27,30
[8] .Al-Qur’an danterjemahnya, depag RI, Semarang : Toha Putra, 1989
h...670
[9]http//www.kompas.co.id,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar