Pekerjaan merupakan penyebab stres nomor satu, yang dapat berdampak besar terhadap kesejahteraan masyarakat. Menurut survei terhadap 2.000 orang oleh lembaga nirlaba Inggris Mind, 34% dari orang yang disurvei menganggap pekerjaan mereka membuat stres, melebihi masalah kesehatan (17%) atau masalah uang (30%).
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa stres dari pekerjaan meningkatkan risiko serangan jantung sebesar 23%. Studi ini menunjukkan bahwa 7% dari mereka yang disurvei sedemikian stres sehingga memiliki pikiran bunuh diri dan 18% mengembangkan gangguan kecemasan.
Stres umumnya mendorong orang untuk minum (alkohol) dan menggunakan obat-obatan, karena mereka pikir hal itu akan membantu mereka mengatasinya. Menurut penelitian ini, hampir 3 dari 5 orang (57%), minum setelah bekerja dan 1 dari 7 minum selama bekerja untuk membantu mengatasi stres.
Cara lain yang digunakan orang untuk mencoba mengatasi stres adalah:
Aturan jam kerja yang fleksibel dan cuti tahunan yang leluasa mendukung kesejahteraan mental karyawan. Tiga dari lima orang mengatakan bahwa jika perusahaan mengambil tindakan untuk mendukung kesejahteraan mental semua karyawan, mereka akan lebih loyal, termotivasi, berkomitmen dan cenderung untuk merekomendasikan tempat kerja mereka sebagai tempat yang baik untuk bekerja.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa stres dari pekerjaan meningkatkan risiko serangan jantung sebesar 23%. Studi ini menunjukkan bahwa 7% dari mereka yang disurvei sedemikian stres sehingga memiliki pikiran bunuh diri dan 18% mengembangkan gangguan kecemasan.
Stres umumnya mendorong orang untuk minum (alkohol) dan menggunakan obat-obatan, karena mereka pikir hal itu akan membantu mereka mengatasinya. Menurut penelitian ini, hampir 3 dari 5 orang (57%), minum setelah bekerja dan 1 dari 7 minum selama bekerja untuk membantu mengatasi stres.
Cara lain yang digunakan orang untuk mencoba mengatasi stres adalah:
- merokok – 28%
- mengambil antidepresan – 15%
- mengambil pil tidur non-resep -16%
- mengambil pil tidur yang diresepkan – 10%
- Satu dari lima orang mengambil cuti sakit karena stres tetapi memberikan alasan yang berbeda untuk ketidakhadiran mereka.
- Satu dari 10 telah mengundurkan diri karena stres.
- Satu dari lima orang mengatakan mereka tidak berani memberitahu manajer mereka bahwa mereka terlalu stres.
- Dari 22 persen yang memiliki masalah kesehatan mental terdiagnosis, kurang dari setengahnya telah memberitahu atasan mereka tentang diagnosis tersebut.
Aturan jam kerja yang fleksibel dan cuti tahunan yang leluasa mendukung kesejahteraan mental karyawan. Tiga dari lima orang mengatakan bahwa jika perusahaan mengambil tindakan untuk mendukung kesejahteraan mental semua karyawan, mereka akan lebih loyal, termotivasi, berkomitmen dan cenderung untuk merekomendasikan tempat kerja mereka sebagai tempat yang baik untuk bekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar